April 7, 2021

Sebuah Opini tentang Novel Noda dalam Pesantren karya Wafa Farha


Seorang teman penulis di Wattpad yang rajin menayangkan tulisan dan peringkat tulisannya di akun facebooknya dan saya pun sering membaca tanpa berkomentar. Suatu ketika saya melihat di bagian paling bawah foto peringkat tersebut ada potret novel Noda karya Wafa Farha, menariknya ada tertulis 21+ dan saya langsung menghitung umur saya sepertinya sudah melewati 21 tahun haha. Saya cari di google dan menemukan tautan cerita tersebut, utuh. Setelah saya membaca beberapa bab, dikunci dan tidak bisa melanjutkan membaca kecuali saya membuat akun di Wattpad. Baiklah, saya pun membuat akun dan menginstal aplikasi wattpad.

Novel Noda dalam Pesantren bercerita tentang seorang anak kiai pemilik pesantren yang mendewakan keperawanan calon istrinya. Ide klasik dan terasa sangat konservatif di era internet global saat ini. Namun penulis berhasil mengemas tulisan dan membuat alur cerita mengalir wajar dan realistis sehingga saya pun lanjut membaca sampai selesai tanpa merasa bosan sama sekali meskipun ide ceritanya klasik, ada beberapa hal menarik sehingga saya membacanya sampai selesai.

Seorang pria, yang digambarkan nyaris sempurna secara fisik dan perilaku, anak pemuka agama terkemuka. Jika dihitung bibit, bebet dan bobot tentu pria ini menjadi menantu idaman para ibu muslimah yang mempunyai anak perempuan. Tak ada gading yang tak retak, juga tidak ada manusia yang sempurna, pria yang mengaku sangat mencintai calon istrinya ini ternyata tidak bisa menerima musibah pemerkosaan yang terjadi pada calon istrinya. Apakah bisa disebut cinta? Cinta yang seperti apa?

Hal-hal menarik apa saja kah yang membuat saya membaca novel ini sampai selesai bahkan mencari dan membeli e-book Novel Noda 2, cerita lanjutannya?

Alur cerita dan gaya bertutur penulis yang menarik, mengalir wajar dan realistis. Benang merah cerita muncul dengan sangat mulus tanpa kesan dipaksakan. Identitas pemerkosa calon mempelai wanita yang merupakan mantan pacar, sakit hati diputuskan dan ternyata saudara sepupu mempelai pria. Potensi konflik dimunculkan dengan sangat wajar dan realistis.

Namun demikian ada pula guratan yang memperlihatkan karakter penulis yang menarik garis tegas antara hitam dan putih. Padahal sesungguhnya dalam kehidupan ini ada juga grey area, wilayah abu-abu. Misalnya ketika musibah pemerkosaan pada calon pengantin wanita sebelum hari pernikahan, respon calon mempelai wanita dan keluarganya hanya dimunculkan dua opsi: antara berkata jujur lalu pernikahan batal ataukah berbohong menutupi fakta, dan pernikahan dilanjutkan. Tidak ada celah untuk opsi ketiga yaitu berkata jujur dan pernikahan tetap berlangsung.

Latar cerita kehidupan islami pesantren, interaksi yang mengikuti syariat Islam dalam segala aspek kehidupan para tokoh cerita berhasil disajikan penulis dengan sangat baik tanpa menciptakan rasa antipati. Informasi syariat Islam disampaikan dengan baik melalui dialog tokoh-tokoh ceritanya.

Menurut pendapat saya, sebuah cerita saya anggap menarik ketika saya membacanya tanpa jeda sampai selesai, tidak ada rasa bosan yang membuat saya berhenti membaca sebelum cerita tuntas. Nah, novel Noda dalam Pesantren karya Wafa Farha adalah sebuah cerita yang menarik. Tidak percaya? Silahkan buktikan sendiri.